Sunday, July 17, 2011

Coldplay - In My Place (Lirik Lagu Konspiratif)

In my place, in my place
Were lines that I couldn't change
I was lost, oh yeah

I was lost, I was lost
Crossed lines I shouldn't have crossed
I was lost, oh yeah

Yeah, how long must you wait for it?
Yeah, how must long you pay for it?
Yeah, how long must you wait for it?

I was scared, I was scared
Tired and underprepared
But I wait for you

If you go, if you go
Leaving me here on my own
Well I wait for you

Yeah, how long must you wait for it?
Yeah, how must you pay for it?
Yeah, how long must you wait for it?

Please, please, please
Come on and sing to me
To me, me

Come on and sing it out, out, out
Come on and sing it now, now, now
Come on and sing it

In my place, in my place
Were lines that I couldn't change
I was lost, oh yeah
Oh yeah


__________________________________________

lagu ini memang sudah tak baru lagi, mungkin mempostingnya pada blog yang sepi ini merupakan tindakan menggelikan.
Namun memang penulis artikel ini konyol; setelah 6 tahun mendengar lagu ini, baru mengira-ngira maksudnya.

bila didengarkan sekilas, pendengar yang bukan merupakan penutur bahasa yang digunakan dalam lagu ini mungkin sekali menganggap lagu ini bertema percintaan, penantian ataupun kerinduan pada seseorang. Namun bila di simak dengan seksama, lirik lagu ini sedikit membingungkan.

in my place, dimanakah sebenarnya tempatnya (penulis lirik/penyanyi/Chris Martin) berada? mungkin saja sebuah perumpamaan, merupakan sebuah tempat dimana garis dan dia tak berubah, namun membuatnya kehilangan arah.

Yeah, how long must you wait for it?
Yeah, how must you pay for it?
Yeah, how long must you wait for it? ---- apa artinya itu? apa yang ditunggu orang kedua dalam lagu ini?

intinya:
sebuah tempat dimana sebuah peraturan tak berubah, menunggu "itu" untuk datang.
yah, dengan pikiran penuh prasangka anda bisa menafsirkannya kan?

Friday, July 15, 2011

Coldplay - Major Minus (lirik lagu konspiratif)

They got one eye on what you knew
And one eye on what you do
So be careful who it is you're talking to

They got one eye on what you knew
And one eye on what you do
So be careful what it is you're trying to do

And be careful when you're walking in the view
Just be careful when you're walking in the view!

Ooh-oooh-oooh
Ooh-oooh-oooh-ooh
Got one eye on the road and one on you!

Ooh-oooh-oooh
Ooh-oooh-oooh-ooh
Got one eye on the road and one on

They got one eye on what you knew
And one eye on what you do
So be careful 'cause nothing they say is true

But they don't believe a word
It's just us against the world
And we just gotta turn up to be heard

Hear those crocodiles ticking 'round the world
Hear those crocodiles ticking (they go) ticking 'round the world

Ooh-oooh-oooh
Ooh-oooh-oooh-ooh
Got one eye on the road and one on you!

Ooh-oooh-oooh
Ooh-oooh-oooh-ooh
Got one eye on the road.

She can't hear them climbing the stairs
I got my right side fighting
While my left eye's on the chairs

Ooh-oooh-oooh
Ooh-oooh-oooh-ooh
Got one eye on the road and one on you!

Ooh-oooh-oooh
Ooh-oooh-oooh-ooh
Got one eye on the road and one on you


________________________________________________________________________

can you see the message in this song?

Monday, July 4, 2011

Konspirasi Kota Berdebu

Adalah sebuah kota megah di kaki pulau
pantainya membuat kapal-kapal terpukau
ramainya membuat burung tak berkicau
betonpun menggantikan pohon bakau

pejalan kaki tersenyum kepada mobil
mobil mewah milik pak lurah
tak berhenti mobil itu, tak butuh dan tak ingin berhenti.

mobil-mobil mewah seperti itu terus berkembang biak,
bertambah banyak seperti ibu yang tak berhenti beranak,
apa ada orang di kota ini yang sadar bahwa dunia tak bergerak?
atau dimanakah semua ini akan tertata dan terletak?

tentu dia yang berpikir
tetangga belakang rumah,
orang yang tak kikir
senyumnya sangat murah

pikirnya:
kota ini melaju tanpa batas
semua yang tak modern perlu diberantas
mulai dari pasar yang menjual beras
hingga tanah lapang yang menjadi teras

bakar saja semua, bakar,
demi kebaikan kota

Friday, April 29, 2011

MENYIHIR TIMAH MANJADI EMAS

Menyihir timah menjadi emas itu mustahil? Mungkin itu terjadi seribu tahun lalu, ketika emas dan perak menjadi mata uang berdasarkan unsur intrinsiknya. Bukankah sekarang  fungsi emas dan perak sebagai mata uang telah digantikan mata uang kertas yang bernilai sama atau lebih tinggi nilainya hanya karena dilabeli oleh bank sebagai tanda nilai mata uang atau dikenal sebagai unsur ekstrinsik sehingga tambang-tambang emas di negara ini dan banyak negara berkembang lain rela menukarkan emasnya hanya dengan lembaran kertas? Apakah penukaran emas dengan kertas itu tidak cukup membuktikan bahwa menyihir timah menjadi emas itu memang benar-benar sudah berhasil dilakukan?

Thursday, April 28, 2011

TUJUAN MENUNTUT ILMU??!!

Semakin banyak mahasiswa yang memperoleh gelar sarjana di bidang Ekonomi, semakin banyak jumlah penduduk di negara ini yang miskin.

Semakin banyak mahasiswa yang memperoleh gelar sarjana di bidang Hukum, semakin leluasalah ruang gerak koruptor di negara ini.

Semakin banyak mahasiswa yang memperoleh gelar Sarjana di bidang Teknik, semakin banyak pula teknologi asing yang kita beli.

Semakin banyak mahasiswa yang memperoleh gelar Sarjana di bidang Sains, semakin banyak kota dan desa-desa yang banjir atau kekeringan.

Semakin banyak mahasiswa yang memperoleh gelar Sarjana di bidang Kesehatan, semakin bertambah pula angka kematian karena gizi buruk.

Semakin banyak mahasiswa yang memperoleh gelar Sarjana di bidang Agama dan semakin banyak orang yang tamat membaca kitab sucinya, semakin banyak juga orang yang melakukan fitnah dan pembunuhan atas nama agama.

Semakin banyak mahasiswa yang memperoleh gelar Sarjana di bidang Politik, semakin tidak jelas arah dan tujuan negara ini.

Semakin banyak ilmu yang dipelajari di universitas atau di perpustakaan, semakin bodohlah orang-orang di luar sana. 

Apa yang menyebabkan semua itu? Jika ilmu pengetahuan tidak bisa menciptakan “karya seni” yang dapat menyederhanakan masalah manusia yang rumit, untuk apa ia masih tetap dipelajari?

Atau mungkin pertanyaannya bukan demikian, melainkan:
Sudahkah manusia memahami hakikat dan tujuan ilmu yang telah dipelajarinya?

Atau mungkin seperti ini: Apa sebenarnya tujuan manusia sekarang mempelajari ilmu pengetahuan, apakah karena uang, kekuasaan, perempuan, atau benar-benar tulus untuk menciptakan suatu karya yang berguna bagi manusia?

Hanya diri kita sendirilah yang bisa menjawab pertanyaan itu, karena sebenarnya kita tahu mana perbuatan yang diinginkan Tuhan dan mana yang tidak diinginkan Tuhan, karena pada dasarnya kita semua berpikir.

“Saya berpikir jadi saya ada” (Rene Descartes)

KEBIJAKSANAAN YANG TERKUBUR

Entah legenda itu benar atau tidak, Kusanagi tetap menjadi legenda walaupun kini kita tidak bisa melihat dan merasakan ketajaman pedang itu.

Entah diakui atau tidak, kini kita hanya mengenal sistem pemerintahan (hampir) sempurna hanya sebagai sebuah utopia.

Walau begitu sejarah telah mencatat bagaimana sistem tersebut diciptakan dan diterapkan sehingga apabila dibandingkan, orang dari masa itu akan terheran-heran karena kita justru memilih sistem yang jauh lebih rentan terhadap kudeta diam-diam dan korup terang-terangan

Friday, April 22, 2011

PEJABAT DAN UANG

Pernahkah mereka, para pejabat, bertanya pada diri mereka sendiri sebelum mengeluh ketika rakyatnya berbuat sesuatu yang menyinggung perasaan pejabat, “Mengapa diantara rakyatku ada yang berdemonstrasi menentangku? Mengapa ada suatu wilayah di negeri ini yang ingin membebaskan diri dari kekuasaanku? Apakah aku telah berbuat kesalahan sehingga mereka berbuat demikian? Jika benar, kesalahan apa yang telah ku perbuat sehingga mereka marah kepadaku?”

Andai saja para pejabat di negeri ini bertanya demikian pada diri mereka sendiri, mungkin mereka akan segera menemukan jawaban tersebut dengan sangat mudah—hanya dengan keluar dari kantor yang lebih mirip istana itu dan melihat kondisi rakyat yang sesungguhnya: “Ternyata, mereka marah karena aku begitu mencintai uang—karena mereka mau dan mampu merasakan jurang pemisah yang dalam antara si Kaya dan si Miskin di negeriku, sehingga seringkali dari golongan yang kaya itu tidak tahu bagaiman cara menghabiskan kekayaannya, di satu sisi ada golongan miskin yang tidak tahu bagaimana harus mencari uang untuk hidup sehingga mereka rela mencuri sesuatu dari orang lain untuk ditukarkan dengan uang yang sekarang menjelma seperti Dewa!! Jad ternyatai mereka berbuat seperti itu karena aku sangat mencintai uang!!

Ah, saya rasa itu tindakan seorang pemimpin yang bijaksana, yang masih mempunyai hati nurani, yang tidak dibutakan matanya oleh ketamakan. Apa mungkin, pejabat di negeriku mau memikirkan hal seperti itu??

Jika Anda sendiri (para pejabat) tidak mencintai uang, maka rakyat tidak akan pernah mencuri, sekalipun Anda memberi hadiah atau ganjaran kepada pencuri”  (Confucius)