Monday, September 20, 2010

KEENGGANAN PEMERINTAH UNTUK MENGADOPSI SOFTWARE OPEN SOURCE DAN TETAP MEMPERPANJANG LISENSI SOFTWARE PROPETARI (BERBAYAR)

Sejak dikembangkan dan dikenalkannya komputer rumah oleh pendiri Apple Computer, Steve Jobs, perkembangan dunia komputer menjadi sangat pesat. Apalagi tidak lama setelah dikenalkan komputer rumah oleh Steve Jobs, sebuah terobosan–yang bisa dikatakan lebih jenius dari Steve Jobs– diperkenalkan oleh Bill Gates dalam dunia komputer, yaitu menjual lisensi software, tidak seperti Apple yang menjual perangkat keras dan perangkat lunak dalam satu paket komputer. Benar-benar sesuatu yang bisa dikatakan revolusioner dalam dunia bisnis komputer ketika itu.
Walaupun pada kenyataannya, produk yang dihasilkan oleh mereka bisa dikatakan sangat revolusioner dan sangat membantu pekerjaan kita, tapi harga yang harus dikeluarkan untuk memperoleh produk tersebut secara legal tidaklah murah. Bayangkan saja, satu lisensi aplikasi perkantoran lengkap, harganya bisa mencapai sekitar USD 680. Ya, hal ini memang pantas mereka terima mengingat kita juga harus menghargai hak intelektual para insinyur yang telah mengembangkan suatu aplikasi yang begitu hebat sehingga kita dapat memakai dan menikmati produk yang dihasilkannya.
Memang, untuk orang yang sangat membutuhkan aplikasi dengan fitur yang lengkap tidak ada salahnya untuk memakai software berfitur lengkap dan berbayar, tapi saya kira merupakan suatu pemborosan jika suatu negara harus membeli lisensi software, apalagi dipakai untuk pendidikan. Saya kira ada alternatif yang dapat kita gunakan selain tetap menggantungkan penggunaan suatu software tertentu di negara ini. Satu-satunya alternatif yang bisa kita gunakan adalah menggunakan software dengan lisensi GPL (General Public Lisence) yang dapat kita gunakan secara bebas tanpa membayar izin dalam menggunakan, mempelajari, memodifikasi, dan menyebarluaskannya. Atau kebanyakan dari kita biasa menyebutnya dengan istilah Open Source. Bahkan bagi saya, Open Source merupakan suatu budaya memberi, bertolak belakang dengan budaya Kapitalis—Liberalis!!!


OPEN SOURCE

Atau dalam bahasa Indonesia disebut Sumber Terbuka, ialah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu software yang dikembangkan tanpa dikoordinasi oleh individu atau lembaga tertentu, tetapi oleh para pelaku yang bekerja sama dengan memanfaatkan kode sumber (source-code) yang tersebar dan tersedia bebas. Software ini dapat dilihat source kode-nya untuk siapa saja dan siapapun diperbolehkan mengetahui cara kerja software tersebut dan sekaligus dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada software itu. Sehingga dengan prinsip pengembangan seperti itu, Open Source memiliki ciri bagi komunitasnya, yaitu adanya dorongan yang bersumber dari budaya memberi, yang artinya ketika suatu komunitas menggunakan sebuah program Open Source dan telah menerima sebuah manfaat kemudian akan termotivasi untuk menimbulkan sebuah pertanyaan apa yang bisa pengguna berikan balik kepada orang banyak.
  
Pola Open Source lahir karena kebebasan berkarya, tanpa intervensi berpikir dan mengungkapkan apa yang diinginkan dengan menggunakan pengetahuan dan produk yang cocok. Kebebasan menjadi pertimbangan utama ketika dilepas ke publik. Komunitas yang lain mendapat kebebasan untuk belajar, mengutak-ngatik, merevisi ulang, membenarkan ataupun bahkan menyalahkan, tetapi kebebasan ini juga datang bersama dengan tanggung jawab, bukan bebas tanpa tanggung jawab. Pada intinya konsep sumber terbuka adalah membuka "kode sumber" dari sebuah perangkat lunak. Konsep ini terasa aneh pada awalnya karena kode sumber merupakan kunci dari sebuah perangkat lunak. Dengan diketahui logika yang ada di kode sumber, maka orang lain semestinya dapat membuat perangkat lunak yang sama fungsinya. Sumber terbuka hanya sebatas itu. Artinya, dia tidak harus gratis. Definisi sumber terbuka yang asli adalah seperti tertuang dalam OSD (Open Source Definition)/Definisi sumber terbuka (Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Sumber_Terbuka).
  
Lebih jauh lagi, hal yang paling menarik adalah bahwa software ini boleh digunakan secara gratis tanpa membayar lisensi kepada siapapun. Software Open Source yang saat ini sudah terkenal terkenal adalah sistem operasi dengan ikon pinguin: Linux disamping masih banyak lagi software Open Source yang lain seperti OpenOffice, FireFox, Android yang dikembangkan oleh Google dan sebagainya.
 
Seluruh Linux dan hampir semua Open Source software menggunakan lisensi GPL (General Public Lisence), artinya bahwa kita bisa menggunakan, mempelajari, memodifikasi, dan menyebarluaskannya tanpa perlu biaya izin. (Rusmanto Maryono). Tapi perlu diingat pula bahwa biaya lain-lain selain lisensi mungkin tetap ada. Tapi tenang saja, sejauh ini saya belum menemukan Open Source berbayar selain Red Hat. Karena berbasis open source maka software tersebut sudah melalui proses perbaikan yang terus menerus. Jadi tidak ada alasan untuk tidak mau menggunakan free software ini dengan alasan kualitasnya yang tidak baik. Sekadar mengingatkan kembali bahwa pada saat tulisan ini dibuat, terdapat distro linux yang sedang digemari di seluruh dunia karena tampilannya yang eksotis dan familiar serta cukup mudah digunakan. Diantaranya: Ubuntu 10.04 berikut saudara kandungnya Kubuntu 10.04, Xubuntu 10.04, dan Edubuntu 10.04, Ubuntu Netbook Remix 10.04 yang merupakan saudara kandung Ubuntu yang dirancang khusus untuk Netbook, dan saya sarankan untuk pengguna yang ingin sekadar mencoba dan masih awam tentang Linux, Anda bisa mencoba Linux Mint 9. Dan pada bulan Oktober 2010 akan dirilis varian Ubuntu 10.10 Final (Maverick Merkaat), serta Linux Mint 10. Bahkan dengan aplikasi yang berjalan di windows (Wubi.exe), Anda bisa dengan mudah menginstall linux bersamaan (Dual Boot) dengan windows Anda tanpa merusak sistem sebelumnya.


APA YANG SALAH??

Sampai saat ini, dalam dunia pendidikan masih banyak guru yang mengajarkan kepada muridnya software-software berbayar tertentu—yang sebenarnya harganya tidak terjangkau, bahkan oleh para guru sekalipun. Lebih parah lagi, dalam menyebut istilah standar seperti Spreadsheed banyak pengajar masih menggunakan nama produk seperi MS Excel, untuk menyebut Presentation software mereka memperkenalkan kepada anak didiknya dengan nama MS Power Point, Word Processor dengan MS Word, dan sebagainya. Mengapa mereka menggunakan istilah tersebut seakan mempromosikan suatu produk tertentu???
 
Bahkan mantan-mantan guru TIK saya—yang sekarang menjadi guru adik saya masih menggunakan istilah-istilah tersebut saat memberi materi mata pelajaran TIK. Tidak hanya itu saja, mereka tidak segan-segan untuk memberi tugas muridnya dengan menggunakan software berbayar yang tidak murah tersebut. (Mungkin PC saya malah lebih murah dari satu aplikasi perkantoran yang mereka sarankan). Dengan demikian, fitur yang ada di OpenOffice.org 3.2.1 tidak kompatibel dengan MS Office 2003. Perlu diketahui bahwa untuk bisa memakai produk tersebut secara legal (Office Suite) dengan nama MS Office 2007 Enterprise atau proffesional kita harus membayar tidak kurang dari USD 680. Atau mereka menyuruh anak didiknya membajak software??? Mengapa mereka tidak mengajarkan kepada anak didiknya untuk menggunakan OpenOffice.Org yang untuk menggunakannya kita tidak perlu membayar apapun kepada siapapun atau gratis??? Atau paling tidak para pengajar dibebaskan untuk menggunakan aplikasi mana saja selama fungsi dasar tetap bisa digunakan. Saya yakin mereka tahu dan paham bahwa untuk mendapatkan software itu secara legal tidaklah murah. Untuk penggunaan personal atau individu sih tidak masalah, tapi ini menyangkut pendidikan dan pemahaman para murid mengenai software berbayar dan berlisensi GPL tersebut. Murid seharusnya berhak mengetahui dan memahami adanya alternatif selain software mahal tersebut untuk membantu pendidikan dan semua kehidupannya. Bahkan mereka berhak mengetahui konsep dasar software Open source. Bukan hanya mengetahui cara memakai salah satu produk tertentu seperti sekarang ini. Mungkin dalam hal ini pengajar tidak sepenuhnya bisa disalahkan, karena mereka hanya mematuhi kurikulum pendidikaan di suatu daerah.
 
Bukankah Menristek sudah menciptakan sistem operasi Open Source dengan nama IGOS (Indonesia Go Open Source)??? Tapi mengapa Pemerintah masih mempertahankan kurikulim seperti itu? Bahkan pemerintah baru-baru ini masih memperpanjang lisensi dengan Microsoft? Bayangkan, berapa milyar USD yang harus dibayarkan kepada pembuat Software jika setiap PC kantor dan sekolah masih menggunakan Software mahal seperti itu?? Apakah kita merasa bahwa kita negara kaya raya sehingga semua orang bisa membeli software mahal itu dan tidak mau menggunakan dan mengajarkan anak didiknya dari awal dalam menggunakan salah satu software Open source yang telah dibuat dengan susah payah oleh Anak Bangsa Ini (IGOS). Apa susahnya mengunakan Open Source?? Ternyata Susah!! Saya bisa menjamin bahwa dalam masalah uang, pasti ada konflik kepentingan dari beberapa pihak untuk melakukan korup.


KONSPIRASI

Tidak bisa disangkal bahwa setiap manusia memiliki motif ekonomi yang sama, yaitu membeli suatu barang dengan harga tidak terlalu mahal, tapi dengan performa bagus (Price to Performance), begitu pula seharusnya yang dilakukan oleh Negara kita untuk menghemat kas negara. Lalu mengapa pemerintah kita tidak mau memakai software bebas, terutama dalam pendidikan? Apakah Open Source terlalu jelek? Atau tidak bisa difungsikan oleh orang awam? Tidak, sama sekali tidak! Bahkan bisa lebih bagus dari software berbayar yang Close Software. Inilah sesuatu yang aneh.
 
Saya bisa menyimpulkan bahwa keengganan pemerintah untuk menggunakan Software Open source dan masih penggunaan software berbayar ini adalah adanya upaya pihak-pihak tertentu untuk melakukan korupsi. (Berita lain mengenai masalah ini bisa Anda lihat di sini). Dalam membeli lisensi suatu software, pasti pemerintah menggunakan anggaran negara, dan inilah kesempatan mereka untuk melakukan penggelembungan anggaran biaya pembelian software. Seperti ketika pemerintah menyewakan tambang emas terbesar di dunia yang berada di Irian Barat oleh PT. FreePort dengan harga sewa sebanding dengan harga penyewaan tanah per meter persegi di tempat itu. Tambang emas disamakan dengan tanah kosong?? Sesuatu yang memalukan bagi pemerintah.
 
Akhir kata, gunakan software Open Source!! Dengannya, kita bisa bebas berkarya tanpa memberi keuntungan pada kaum liberal!! Kita tidak akan dipaksa terus membeli software, seperti saat tulisan ini dibuat, Microsoft akan merilis patch terakhir untuk windows XP SP 3, dengan kata lain, mereka memaksa secara halus pengguna Windows XP untuk membeli Sistem Operasi terbaru mereka, Windows Vista atau Windows 7. Lebih dari itu, Microsoft juga membuat aplikasi-aplikasi terbarunya hanya bisa berjalan di Windows Vista atau diatasnya, seperti Internet Explore 8xx.



Friday, September 17, 2010

Konspirasi Pertama

Dunia ini tercipta dari konspirasi besar
konspirasi antara cahaya dan kegelapan, yang batas antara keduanya sangat kabur.
konspirasi antara suara dan sunyi, yang keduanya saling melengkapi.
konspirasi antara nilai-nilai dan norma-norma yang dengan itulah konspirasi manusia terus menerus terjadi.

Hal paling besar adalah hal paling kecil dan merupakan yang ada di belakang segalanya, tidak lain, tidak bukan, tapi memang bukan konspirasi.

Bukan Konspirasi

Blog ini diciptakan untuk memenuhi rasa penasaran terhadap hal-hal besar yang didalangi oleh beberapa pihak dibelakangnya, namun apapun nama dari kejadian tersebut, tetaplah bukan konspirasi.

Adapun hal-hal yang menyangkut hargadiri dan rahasia yang perlu dijaga ataupun dilindungi, bukan merupakan urusan kami.

sekian, terimakasih.